[SNSD Movement] Donor Darah, Antara Dimensi Sosial, Kesehatan dan Gaya Hidup

Diposting oleh 100quarantee on Rabu, 29 Februari 2012


Saat usia muda, orang melakukan donor darah demi membantu sesama. Saat usia sudah melampaui 60 tahun, tak jarang mereka tetap melanjutkan kebiasaan donor meski darahnya tak lagi bisa disumbangkan untuk orang lain. Faktor kebiasaan dan sugesti tentang kesehatan menjadi alasan utama.

Siapa yang tidak mengenal Alim Markus? Orang nomor satu d perusahaan Maspion Group itu semula tidak banyak mengenal donor darah. Namun, sekitar 30 tahun silam, dia mendapat istrinya mengalami pendarahan yang cukup parah.

Alim pun kebingungan. Apalagi, saat itu dia bersama sang istri sedang bertandang ke Bali untuk sebuah acara. Jauh dari rumah, juga keluarga. Kondisi sang istri drop karena banyak darah yang dikeluarkan. Alim lantas membawa sang istri ke sebuah rumah sakit di Pulau Dewata tersebut untuk diperiksa. "Haidnya terus nggak berhenti. Sangat gawat, kritis. Saya minta bantuan nrmah sakit di sana." kenang dia.

Di rumah sakit itu, dia melihat banyak pasien. Tebersit dalam benaknya betapa keberadaan rumah sakit sangat penting, termasuk segala kelengkapan yang harus tersedia. "Kejadiannya sudah lama sekali. Istri saya banyak kehilangan darah dan menjadi pucat." katanya.

Saat itulah, dia mulai memahami pentingnya persediaan darah. Tidak terbayang seandainya sebuah rumah sakit kekurangan stok darah. Tentu, banyak pasien yang bergantung pada darah itu tidak tertolong. "Meski ada rumah sakit atau PMI, kalau stok darahnya kurang, pasien akan terganggu," ujarnya.

Berawal dari kejadian itu, Alim mulai rajin mendonorkan darah. Kini, dia tercatat telah mendonorkan darah hingga 92 kali. Meski darah dalam tubuhnya terus disedot setiap tiga bulan sekali sebanyak 350 cc, kondisi badan Alim tetap bugar. Bahkan, sangat bugar di usia yangke-60
tahun ini. "Saya sudah usia lanjut, tapi kelihatan masih segar, seperti orang usia 30 tahun," kelakarnya saat dijumpai Jawa Pos di Mex Building beberapa waktu lalu.

Bagi presiden direktur Maspion Group itu, donor darah bukan semata mengambil darah dari tubuhnya. Banyak manfaat yang juga didapat setelah melakukan donor darah. Bahkan, saat tidak melakukan donor darah dalam rentang tiga bulan, dia merasa sangat pusing.

Karena itulah, dia rutin mendonorkan darah. Pada usia ke-60 tahun, Alim memahami bahwa kuafitas darahnya tidak lagi sebaik saat masih masih muda. Semakin tua usia seseorang, darahyang disumbangkan tidak bisa lagi digunakan untuk membantu orang lain. Darah yang telah diambil tersebut harus dibuang. "Kondisi darah tidak lagi segar sehingga tidak cocok untuk Tautanstok darah PMI," jelasnya.

Baginya, donor darah seperti ganti oli. Setiap kendaraan bermotor yang menggunakan oli harus dibuang dan diganti dengan yang baru. Begitulah dia memaknai donor darah. Jika oli pada sebuah mesin digunakan terus-menerus, oli akan menjadi kotor dan hitam. Mesin kendaraan pun rusak. Laju kendaraan tidak lagi optimal. "Begitu juga darah manusia. Kalau tidak diambil dan diganti, tidak ada regenerasi sel-sel darah." tegasnya.

Jika tidak dilakukan, hal itu bisa berdampak negatif pada tubuh. Apalagi, lanjut dia, tubuh menyerap sari-sari makanan apa pun yang masuk ke dalam tubuh. Soto, misalnya, yang kandungan kolesterolnya tidak sedikit. "Darah jadi mengandung kolesterol sehingga tidak lagi segar dan bersih. Kalau tidak donor, darah tidak bisa dibuang keluar. Sirkulasinya juga tidak baik. Darahnya kotor," ujar pria yang mengenal donor darah sejak usia 30 tahunan itu.

Kebiasaan melakukan donor darah itu juga ditularkan kepada seluruh karyawan di setiap unit perusahaannya. Bahkan, perusahaan yang dipimpin Alim rutin menyelenggarakan acara donor darah yang diikuti para karyawan. "Donor darah bukan hanya untuk kesehatan diri, tetapi juga membantu orang lain." terangnya.

Tak hanya di lingkungan perusahaan. Sebanyak 200 rekan sejawat dan pengusaha juga diajak melakukan kegiatan serupa, khususnya menyosialisasikan pentingnya donor darah. Dia membayangkan, jika masing-masing pengusaha memiliki 500 tenaga kerja dan semua rutin melakukan donor darah, stok di PMI akan sangat mencukupi.

Selain Alim, masih banyak orang yang rutin melakukan donor darah hingga di atas 60 tahun. Rata-rata mereka merasakan manfaat besar dari aktivitas tersebut, khususnya dalam hal kesehatan. Salah seorang di antaranya adalah Muali yang telah menerima penghargaan Satya Lencana dari presiden pada Desember 2011. Warga Jalan Gresik PPI, Kecamatan Krembangan, itu telah mendonorkan darah 118 kali. Donor darah dilakukannya sejak 1973. "Dulu mulainya waktu masih bekerja di Bioskop Mitra," kenangnya.

Waktu itu, beratbadannya kurang 1 kg untuk bisa ikut donor darah dari persyaratan berat badan. "Tapi, saya memaksa ikut. Akhirnya keterusan sampai sekarang," kata pria kelahiran 1952 itu.

Hingga kini, dia mengaku jarang sakit. Bahkan, sakit kepala pun sangat jarang. "Kalau tidak donor, rasanya bagian tengkuk berat, eh nggak tahunya sudah lebih satu hari dari jadwal donor rutin. Jadi, harus segera berangkat ke PMI untuk donor." ujamya. (puj/c6/fat)

jawapos | kaskus | kompas | detik | okezone | SNSD Movement

Klik tombol like diatas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Blog ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form dibawah post ini...

Share / Bagikan Artikel ini ke teman Anda :

{ 0 komentar...Tambahkan Komentar Anda }

Posting Komentar