BERAWAL dari kejadian yang menimpa sang isteri, Alif Idhan akhirnya kini menjadi pendonor darah tetap di Palang Merah Indonesia (PMI). Dia berhasil mencatar rekor 115 kali menyumbangkan darah.
Semua serba kebetulan. Pria asal Kelahiran Pinrang ini tak pernah menyangka akan mendapatkan Satyalencana Kebaktian Sosial untuk DDS (Donor Darah Sukarela) dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Satyalencana itu diraihnya karena dia dianggap berbuat untuk kemanusiaan. Sebanyak 115 kali dia menyumbangkan daerahnya untuk mereka yang membutuhkan.
"Semata berbagi pengalaman," kata Alif kepada FAJAR yang menyambangi kantornya beberapa waktu lalu.
Mulanya ia mengaku termasuk orang yang asing tentang dunia transfusi darah. Malah, saat duduk di bangku SMA dulu, ia pernah menolak menyumbangkan setetes pun darahnya kepada sesama. Katanya, itu bisa dimaklumi sebagai manusia remaja yang masih berpikir labil saat itu.
Lantaran sebuah musibah, maka ia pun bertekad ikut aktif menyumbangkan darahnya di UTD (Unit Transfusi Darah) PMI. Peristiwa yang dialaminya itu terjadi di Dili, Timor-timur pada Oktober tahun 1985 silam.
Rasdianah, isterinya, mengalami pendarahan. Karena darah yang keluar cukup banyak, dokter lalu menyuruh pria kelahiran Pinrang 14 Maret 1959 ini mengambil darah di PMI. Agar sang isteri bisa diselamatkan. Untungnya kala
itu, stok darah di PMI juga ada. Maka, atas izin PMI di Dili, Alif membawa dua kantong darah ke rumah sakit. Rasdianah akhirnya bisa ditolong. Selamat dari kondisi kritis. "Ya Alhamdulillah," Setiba di rumah dalam kondisi sehat, di Asrama TNI AD Comoro nomor K 37 Dili, Alif bersama isterinya bersyukur.
Berawal dari cerita itulah, Alif seperti ketagihan. Berikutnya, ia mulai aktif mendonorkan darahnya di UTD PMI Dili.
Awal Alif menceritakan, mendonorkan darah rasa memang agak sulit. Sebab belum terbiasa dengan efek yang timbul sesudahnya. Seperti lemas, lapar dan jantung berdebar-debar. Namun baginya, itu bukanlah penghalang untuk tetap menyumbangkan darah di kesempatan selanjutnya.
Banyak orang takut efeknya. Justru mendonor darah membawa manfaat untuk kesehatan. "Setiap tiga bulan saya pasti mendonor sekali. Jadi dalam setahun, minimal saya mendonor sebanyak empat kali," terangnya.
Jika Alif telah kesekian kali mendonor, lain halnya dengan sang istri. Rasdianah sejak saat itu baru 12 kali menyumbangkan darahnya.
"Dia kan perempuan. Punya masa haid, hamil dan menyusui. Jadi tidak bisa terus-terusan seperti saya yang laki-laki," bebernya.
Motivasi
Soal penghargaan yang diraihnya, Alif tak mau menjadikannya kebanggaan. Ia hanya ingin menjadikannya sumber motivasi untuk mengajak masyarakat tahu, mendonorkan darah itu sebuah kebaikan.
Secara pribadi ia pun aktif mengkampanyekan manfaat dari donor darah. Terkadang jika ada kegiatan PMI dia melibatkan diri.
"Kebutuhan darah sesuai standar lembaga internasional, harusnya dua persen dari jumlah penduduk. Jadi mestinyaini bisa terjamin setiap hari," terangnya.
PMI dalam pandangan Alif berkembang luar biasa dari tahun ke tahun. Buktinya masyarakat sudah bisa berdonor darah melalui 211 UTD yang ada di 210 Kabupaten.Kota se Indonesia.
"Sudah ada di tempat umum seperti mal dan kampus. Ada juga unit mobil donor PMI yang bergerak mobile. Itu bisa digunakan bagi siapa saja yang mau," terangnya.
Kini, katanya, PMI telah menjadikan donor darah sebagai gaya hidup yang menguntungkan. Sebab mendonorkan darah bukan lagi sekadar aktivitas sosial. Tetapi juga wujud kebiasaan hidup sehat. Dimana, saat tubuh mengeluarkan darah, tubuh akan langsung memproduksi darah baru yang lebih bersih dan berkadar besi yang stabil.
"Yang jelas, selain sehat, darah adalah sesuatu yang kita berikan, bingkisan bagi kehidupan, terutama bagi mereka yang membutuhkan," pungkasnya. (ASSIDDIQ A)
Semua serba kebetulan. Pria asal Kelahiran Pinrang ini tak pernah menyangka akan mendapatkan Satyalencana Kebaktian Sosial untuk DDS (Donor Darah Sukarela) dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Satyalencana itu diraihnya karena dia dianggap berbuat untuk kemanusiaan. Sebanyak 115 kali dia menyumbangkan daerahnya untuk mereka yang membutuhkan.
"Semata berbagi pengalaman," kata Alif kepada FAJAR yang menyambangi kantornya beberapa waktu lalu.
Mulanya ia mengaku termasuk orang yang asing tentang dunia transfusi darah. Malah, saat duduk di bangku SMA dulu, ia pernah menolak menyumbangkan setetes pun darahnya kepada sesama. Katanya, itu bisa dimaklumi sebagai manusia remaja yang masih berpikir labil saat itu.
Lantaran sebuah musibah, maka ia pun bertekad ikut aktif menyumbangkan darahnya di UTD (Unit Transfusi Darah) PMI. Peristiwa yang dialaminya itu terjadi di Dili, Timor-timur pada Oktober tahun 1985 silam.
Rasdianah, isterinya, mengalami pendarahan. Karena darah yang keluar cukup banyak, dokter lalu menyuruh pria kelahiran Pinrang 14 Maret 1959 ini mengambil darah di PMI. Agar sang isteri bisa diselamatkan. Untungnya kala
itu, stok darah di PMI juga ada. Maka, atas izin PMI di Dili, Alif membawa dua kantong darah ke rumah sakit. Rasdianah akhirnya bisa ditolong. Selamat dari kondisi kritis. "Ya Alhamdulillah," Setiba di rumah dalam kondisi sehat, di Asrama TNI AD Comoro nomor K 37 Dili, Alif bersama isterinya bersyukur.
Berawal dari cerita itulah, Alif seperti ketagihan. Berikutnya, ia mulai aktif mendonorkan darahnya di UTD PMI Dili.
Awal Alif menceritakan, mendonorkan darah rasa memang agak sulit. Sebab belum terbiasa dengan efek yang timbul sesudahnya. Seperti lemas, lapar dan jantung berdebar-debar. Namun baginya, itu bukanlah penghalang untuk tetap menyumbangkan darah di kesempatan selanjutnya.
Banyak orang takut efeknya. Justru mendonor darah membawa manfaat untuk kesehatan. "Setiap tiga bulan saya pasti mendonor sekali. Jadi dalam setahun, minimal saya mendonor sebanyak empat kali," terangnya.
Jika Alif telah kesekian kali mendonor, lain halnya dengan sang istri. Rasdianah sejak saat itu baru 12 kali menyumbangkan darahnya.
"Dia kan perempuan. Punya masa haid, hamil dan menyusui. Jadi tidak bisa terus-terusan seperti saya yang laki-laki," bebernya.
Motivasi
Soal penghargaan yang diraihnya, Alif tak mau menjadikannya kebanggaan. Ia hanya ingin menjadikannya sumber motivasi untuk mengajak masyarakat tahu, mendonorkan darah itu sebuah kebaikan.
Secara pribadi ia pun aktif mengkampanyekan manfaat dari donor darah. Terkadang jika ada kegiatan PMI dia melibatkan diri.
"Kebutuhan darah sesuai standar lembaga internasional, harusnya dua persen dari jumlah penduduk. Jadi mestinyaini bisa terjamin setiap hari," terangnya.
PMI dalam pandangan Alif berkembang luar biasa dari tahun ke tahun. Buktinya masyarakat sudah bisa berdonor darah melalui 211 UTD yang ada di 210 Kabupaten.Kota se Indonesia.
"Sudah ada di tempat umum seperti mal dan kampus. Ada juga unit mobil donor PMI yang bergerak mobile. Itu bisa digunakan bagi siapa saja yang mau," terangnya.
Kini, katanya, PMI telah menjadikan donor darah sebagai gaya hidup yang menguntungkan. Sebab mendonorkan darah bukan lagi sekadar aktivitas sosial. Tetapi juga wujud kebiasaan hidup sehat. Dimana, saat tubuh mengeluarkan darah, tubuh akan langsung memproduksi darah baru yang lebih bersih dan berkadar besi yang stabil.
"Yang jelas, selain sehat, darah adalah sesuatu yang kita berikan, bingkisan bagi kehidupan, terutama bagi mereka yang membutuhkan," pungkasnya. (ASSIDDIQ A)
fajaronline| kaskus | kompas | detik | okezone | SNSD Movement
{ 0 komentar...Tambahkan Komentar Anda }
Posting Komentar