[SNSD Movement] Blood For Life. Jemput Bola Ambil Alih Fungsi PMI

Diposting oleh 100quarantee on Selasa, 28 Februari 2012

Peramban web sumber terbuka yang dikembangkan oleh Google yaitu Google Chrome pernah menjadikannya sebagai materi iklan. Jika diketik iklan Google Chrome pada kolom search maka bisa dipastikan Blood For Life (BFL) menjadi satu diantara pilihan yang bisa disaksikan.

Dalam iklan tersebut diceritakan bagaimana BFL membantu seorang anak yang memiliki kelainan jantung dan membutuhkan golongan darah O rhesus negatif yang sangat langka. Valencia Randa inisiator lahirnya BFL pun langsung menyebarkan informasi itu melalui dunia maya. Informasi itu tersebar lewat e-mail, blog hingga akhirnya hanya dalam hitungan jam, pedonor darah berhasil didapat. Dan sang anak pun selamat.

Tiga tahun berlalu sejak Valencia atau akrab disapa Silly mencetuskan keberadaan BFL di dunia maya. Kini, BFL tidak lagi berkembang di dunia maya, tapi juga melakukan aksi-aksi riil di sejumlah daerah. BFL telah meluas dan berhasil menjaring kepedulian banyak pihak. Tak terkecuali di Surabaya.

Eksistensi BFL mampu menarik Yaki Rahardja untuk bergabung. Sudah sekitar 5 bulan ini, Yaki aktif dalam BFL khususnya di Surabaya. Ketertarikannya dilatarbelakangi oleh belum pedulinya masyarakat tentang pentingnya darah. Karena itu, Yaki rela menjadi 'tukang kompor' yang bertugas mengajak masyarakat siapapun untuk peduli sesama dengan cara mendonorkan darahnya.

Yaki sendiri pernah memiliki pengalaman tentang masalah darah. Ketika masih duduk di bangku kuliah, pamannya sakit dan membutuhkan golongan darah B. Yaki yang memang pernah diperiksa bergolongan darah B berniat untuk menyumbangkan darahnya. Ia terkejut saat mengetahui pemeriksaan yang dilakukan PMI sebelum menjadi pedonor ternyata menyatakan bahwa Yaki bergolongan darah AB.

Enam bulan setelah peristiwa itu, lagi-lagi ia mendapati anggota keluarganya sakit dan membutuhkan donor darah. Pada waktu diperiksa, ternyata golongan darah Yaki adalah B. "Nah, dari situ saya langsung berpikir, kalau PMI saja bisa salah. Apalagi kia. Makanya, edukasi tentang darah sangat perlu. Kita harus tahu golongan darah dan menganggap darah suatu hal yang penting untuk tubuh," kata pria berkacamata itu.

Bermula dari dunia maya, Yaki pun tidak ingin aksi sosial itu berhenti hanya di situ. Ia bersama teman-temannya berusaha untuk membuat aksi BFL semakin nyata. Diakui Yaki, kerja itu tidaklah mudah. Dari 307 orang yang tercatat menjadi fans dari page BFL di Facebook Surabaya misalnya, hanya 6 orang saja yang bersedia aktif di dunia nyata.

Lalu apa aksi riil BFL? Tidak hanya menghimpun dan menyebarkan informasi tentang mereka yang membutuhkan donor darah, tapi juga menjemput bola dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya donor darah serta aktif melakukan pendampingan kepada pasien dan keluarga penerima donor darah yang masih awam.

Bisa dikatakan BFL kini menggantikan fungsi yang semestinya dilakukan PMI. Edukasi yang diberikan tidak terbatas pada kota-kota besar dan ketika ada aksi donor darah. Relawan BFL juga membentuk jaringan di daerah-daerah. Sehingga informasi tentang kebutuhan donor darah bisa langsung dengan cepat disebar ataupun diketahui. Sebab, daerah nyaris tak tersentuh informasi pentingnya donor darah. Sebagian besar masyarakat di daerah bahkan tidak memiliki minat untuk donor darah.

"Ini sebenarnya tugas PMI untuk memberikan edukasi dan penyadaran. Tapi, kita tidak ingin menunggu. Kami menjemput bola dengan mengajak masyarakat untuk melakukan donor darah," ujar Yaki.

Kurangnya stok darah di PMI Surabaya seperti yang terjadi beberapa saat lalu, misalnya, bukanlah semata-mata untuk kebutuhan darah pasien di Surabaya. Tapi, justru permintaan dari daerah dan kota di luar Surabaya yang sangat banyak. Kebutuhan ini yang kemudian dicover PMI Surabaya. Padahal, jika masyarakat di daerah sadar donor darah, maka kebutuhan darah bisa dipenuhi sendiri.

Pendampingan pun dilakukan sukarela oleh BFL. Hingga saat ini, sudah puluhan bahkan ratusan pasien yang didampingi BFL di Indonesia. Mulai dari seorang bayi yang baru lahir hingga orang dewasa yang kehilangan banyak darah akibat kecelakaan. Menurut Hamidah Soetadji, pendampingan diperlukan untuk menuntun pasien atau keluarga pasien agar tidak panik ketika membutuhkan transfusi darah.

"Seringkali, pasien atau keluarga pasien sangat panik ketika butuh transfusi darah. Mereka kadang sudah tidak bisa berpikir. Nah, disitulah kita harus melakukan pendampingan, menuntun cara untuk mendapatkan darah dan aktif mencari pertolongan untuk pasien," papar Hamidah yang kerap dipanggil Mimid ini.

Keaktifan BFL untuk terus menyebarkan informasi bagi mereka yang membutuhkan darah. Dengan adanya media sosial seperti facebook dan twitter, informasi semakin cepat tersebar. BFL memang hanyalah wadah yang menjembatani antara donor dan pedonor. Tapi, kehadirannya mampu membantu mereka yang membutuhkan tanpa harus melewati birokrasi yang melelahkan.(git)

suarasurabaya | kaskus | kompas | detik | okezone | SNSD Movement

Klik tombol like diatas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Blog ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form dibawah post ini...

Share / Bagikan Artikel ini ke teman Anda :

{ 0 komentar...Tambahkan Komentar Anda }

Posting Komentar