Ada Drakula di PMI? Biaya Pengolahan Darah Rp 250 Ribu

Diposting oleh 100quarantee on Senin, 27 Februari 2012


Pontianak – Edy Layarda terkesiap. Sekantong darah golongan AB untuk anaknya yang sedang kritis harus dihargai Rp 700 ribu. Apa boleh buat, tiga kantong harus dibayar kepada calo darah untuk menyelamatkan putrinya.

“Memang, mereka melakukan calo tidak secara langsung. Pada saat urgent ketika ada duitnya, mereka mencalokan darahnya,” ungkap Muhammad Faiz, Penasihat Komunitas Darah Segar kepada Equator, Jumat (10/2).

Menurut Faiz, percaloan darah terjadi karena faktor emergency tersebut ternyata dijadikan mata pencarian oknum-oknum tertentu. Mereka gentayangan di PMI Pontianak, menanti mangsa ketika ada keluarga pasien tampak terburu-buru dan rada panik cari darah.

“Calo darah ditemukan saat para korban benar-benar memerlukan darah, namun tidak tersedia di PMI. Oknum tersebut menawarkan darah kepada keluarga korban dengan pembayaran langsung,” tambah Faiz.

Diakui, sampai kini belum ada pengaduan kepada yang berwajib atau instansi terkait dengan donor darah mengenai percaloan tersebut. Bahkan keluarga korban yang sangat butuh darah kerap apatis walaupun merasa diperas.

Meski masih dini untuk mengungkapkan kasus tersebut, Faiz yakin melalui Komunitas Darah Segar, mendorong masyarakat untuk mengetahui manfaat mendonorkan darah. Selain banyak jiwa yang tertolong, bagi donor juga sehat.

“Masih belum terlalu dalam mengidentifikasi. Saat ini kita berpikir solusi dan menghambat calo tersebut. Karena kami berusaha mencari solusi, yaitu melalui Komunitas Darah,” papar Faiz.

Salah seorang karyawan PMI Pontianak mengakui calo darah tidak asing lagi di PMI. Menurut dia, beberapa calo memang sering berada di lembaga sosial kemanusiaan yang bekerja untuk pengabdian masyarakat ini.

“Tapi saya ndak tau pasti apakah orang-orang itu calo atau bukan. Yang saya tau mereka sering bolak-balik di PMI. Dan untuk pembelian darah kepada keluarga korban berapa harganya juga saya tidak tau persis,” katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Andy Jap yang dihubungi Equator mengatakan ada biaya untuk pengambilan darah di PMI. Memang tidak gratis, karena keluarga korban dibebankan biaya pengolahan darah sebesar Rp 250 ribu.

“Biaya tersebut untuk penggantian pengolahan darah, dari laboratorium, untuk menentukan apakah darah tersebut layak atau tidak diberikan kepada pasien. Dan biaya tersebut sesuai dengan SK gubernur, yang sama berlaku di seluruh Indonesia,” kata Andy Jap, kemarin.

Terhadap calo darah sendiri, Andy Jap mengaku belum pernah dengar, karena seharusnya memberikan darah kepada yang membutuhkan merupakan sifat kemanusiaan yang layak dilakukan sesama manusia.

“Kalo dari PMI, yang kita tau donor itu sukarela dan tidak memaksa. Menolong orang juga tidak bisa memaksa. Kalau memang benar ada calo darah, sangat saya sayangkan dan itu sangat-sangat tidak etis,” ujarnya.

Andy menuding para calo darah sangat tidak manusiawi, dan harus ditindak tegas. Apalagi kalau seandainya orang PMI sendiri terlibat. Karena mereka yang bekerja di PMI diharapkan punya jiwa kemanusiaan, berharap ada peduli dengan sesama.

“Mungkin kita tidak punya uang tetapi kita diberikan kesehatan melalui darah dan tidak akan habis. Itu merupakan karunia. Diharapkan orang-orang yang bekerja di PMI lebih peduli dan memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi,” tegasnya.

Andy Jap berharap tidak ada oknum PMI terlibat atau bekerja sama dengan calo. “Kalau benar ada jelas harus dikeluarkan. Calo tiket saja ditindak apalagi calo darah,” katanya.

Sementara itu, untuk meningkatkan kepedulian dan kemanusiaan, Komdas Pontianak menargetkan peningkatan jumlah anggota pada 2012. Sejak terbentuk 2008 lalu anggotanya masih berjumlah 50 orang

Menurut Ketua Komdas Kota Pontianak Beny Thanheri, target peningkatan jumlah anggota tersebut berdasarkan permintaan darah di Kota Pontianak tiap bulannya 2.000 kantong.

“Baru sepertiganya saja yang dapat dipenuhi. Seiring dengan target pendonor, Komdas lebih menekankan edukasi kepada warga mengenai pentingnya menyumbangkan darah bagi kepentingan sesama,” kata Beni.

Masih rendahnya partisipasi warga untuk donor di Pontianak karena faktor citra negatif. Masyarakat menilai darah yang didonorkan akan dijual demi kepentingan komersialisasi. “Bahkan ada juga yang masih takut dan ragu terhadap peralatan medis yang digunakan pada proses transfusi,” ujarnya.

Dari keseluruhan anggota Komdas memiliki rentang usia 20 hingga 40 tahun. Beny mengatakan aksi donor darah akan diakomodasi oleh Komdas Pontianak.

Selain sebagai momen untuk merekrut anggota baru, aksi berbagi kasih dengan mendonasi darah ditargetkan akan mencapai 200 kantong darah segar. “Aksi akan dimulai dari bundaran Untan sejak pukul 6 pagi dan berakhir di halaman Stadion Syarif Abdurrahman,” pungkas Beni. (dna)

equatornews | kaskus kompas | detik | okezone | SNSD Movement


Klik tombol like diatas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Blog ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form dibawah post ini...

Share / Bagikan Artikel ini ke teman Anda :

{ 0 komentar...Tambahkan Komentar Anda }

Posting Komentar